Jumat, 01 Mei 2015
KESENIAN DIDONG
Posted by Unknown on 00.29 with 1 comment
Bersusun
lagu belo, rempak lahu re
Murum
kite mukamul, rempak mi kao bebujang
Didong
merupakan salah satu bagian dari kesenian Gayo. Didong ini dimainkan secara
berkelompok/ grup. Awalnya didong dimainkan sekitar 40 orang, yang terdiri dari
ceh sebagai vokal/ pensyair, tingkah
sebagai penanda didong dimulai dan selebihnya pelengkap dari keberlangsungan
kesenian tersebut.
Didong
mulai ada sebelum kemerdekaan Indonesia yakni pada tahun 1938. Awalnya didong
hanya sebatas syair namun ketika dimainkan dengan disertai tepukan tangan dan
mulai berkembang hingga ketukan-ketukan mulai terahkan.
Biasanya
didong dilakukan untuk persembahan seperti galang dana membangun mesjid,
jembatan, dan lain-lain. Mesjid yang mendapatkan donasi dari didong adalah
Mesjid Agung Ruhama Takengon dan salah satu jembatannya adalah Jembatan Lukup
Badak.
Berbicara
mengenai didong, tidah sah bila tidak langsung pada ahlinya, yakni Zulfikar
yang kerap disapa Zul Dewan merupakan salah satu dari bagian dari berkembangnya
didong di Tanah Gayo yang berasal dari Kampung Bukit, Kebayakan. Beliau
merupakan salah satu ceh dari grup didong yang bernama Grup Dewantara bersama
Ceh Daman (Guru Beliau).
Saat
ini beliau merupakan ceh tertua yang masih bisa kita jumpai. Usia beliau kini
sudah 72 Tahun, awal beliau menggeluti seni didong ketika ia masih duduk di
kelas 3 SR (Sekolah Rakyat). Guru beliau adalah Ceh Daman, yakni yang berasal
dari Gunung Bukit. Beliau merupakan ceh 1 dan Ceh Zul sebagai ceh 2.
Didong
yang ia mainkan bersama grupnya sudah dipersembahkan hampir seluruh wilayah
yang ada Di Provinsi Aceh. Bukan hanya itu saja, beliau juga pernah
mempersembahkan didong dihadapan Presiden yang pada masa itu masih dijabat oleh
Presiden Soeharto di Jakarta. Banyak hal yang ia peroleh dari hasil didong,
bahkan hampir semua kebutuhan hidupnya didapatkan dari itu.
Berikut
adalah petikan syair didong yang pernah beliau bawakan :
Murum kite mukamul
Rempak ni kunul kao bebujang
Murum kite mugelung
Atan ni pangung bertepok runcang
Juran- juran –jurani
Teliti ike suling gamang
Juran juran jurani
Sarung jemen seruni padang
Selasa, 28 April 2015
Sarana & Fasilitas Umum
Posted by Unknown on 06.39 with No comments
Gambar.Rumah Sakit Umum Datu Beru Takengon
Gambar.Istana Reje Bukit
Gambar.Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STIKIP-MAT)
Gambar.Mesjid Tua Kebayakan
Gambar.AKBID PEMDA
Gambar.TK Aisyah Bustanul Athfal | Mersah Uring.
Gambar. TK Al-QURAN Aisyah Bustanul Athfal | Mersah Uring.
Gambar.Mersah Uring.
Gambar.Menasah Bukit.
Gambar.SMA Muhammadiyah Takengon.
KKN-PPM TEAM 10 UGP FT ANGKATAN IV 2015 |http://kampung-bukit.blogspot.com
Teuku Reje Ma’un (Orang Gayo Yang Pertama Kali Sekolah)
Posted by Unknown on 03.28 with No comments
Teuku Reje Ma’un merupakan asli
keturunan sengeda ( keturunan ketujuh) teuku ma’un lahir pada tahun 1312 H
(1895) di kebayakan Aceh Tengah.Bapak dari Teuku Ma’un bernama reje mamat,reje
mamat meninggal dunia pada tahun 1902. Sebelum wafat teuku reje mamat pernah
bersumpah “jika Tanah Gayo ini tidak bisa dilindungi dari serangan belanda
lebih baik mati dari pada melihat wajah belanda”. Terkabulah doa reje mamat,
dan belanda masuk ke wilayah tanoh gayo pada tahun 1903, setaahun setelah reje
mamat meninggal dunia. Usia Reje Ma’un saat itu baru 8 tahun.
Karena putra mahkota Reje Ma’un
masih kecil, kekuasaan kerajaan dialihkan sementara kepada menantu nya reje
mamat yang bernama Kuti Nyak gam Aman Beramat. Aman Beramat meninggal dunia
bersama 5 syuhada dalam perang di tenge besi ( Bener Meriah-red) melawan
belanda yang menyerbu ketanoh gayo. Itulah serangan pertama belanda kedataran
tinggi tanoh gayo. Tanoh gayo akhirnya jatuh ketangan belanda pada tahun 1905
sasmpai Jepang masuk.
Pada hari minggu, bertepatan dengan 16
rabiul awal 1323 H ( 21 mei 1905 m ) belanda bermarkas dikayumi pegasing.
Menurut kabar dari kesultanan aceh masa itu,di tanah gayo ada seorang raja
kecil yakni Putra mahkota dari kerajaan bukit yang bernama Reje Ma’un. Pada
tanggal 22 mei 1905 belanda memeriksa tiap-tiap rumah dikebayakan untuk mencari
reje kecil yang disembunyikan didalam keben
(tempat menyimpan padi-red). Ibu dari reje kecil (istri reje mamat-red) takut
anaknya menjadi orang kafir.
Belanda belum mau meninggalkan
kebayakan sebelum menemukan Reje Ma’un. Itu merupakan perintah dari kutereje (banda aceh-red) untuk
mengantarkan raja kecil ke Kute Reje agar
disekolahkan. Setelah dijelaskan maksud kedatangan belanda oleh penerjemah, Cut
komariah menunjukkan dimana Reje Ma’un disembunyikan.
Pada senin 22 mei 1905 teuku Reje
Ma’un menyerahkan Kerajaan Bukit kepada
pamannya, Besah Aman Seri Kuala selama Reje Ma’un pergi menuntut ilmu.Besah
Aman Seri Kuala merupakan ayah dari reje ilang yang bernama Jemelah. Setelah
penyerahan jabatan kerajaan, teuku Reje Ma’un, ibunya dan beberapa pengawal
pergi ke kayumi pegasing sebelum berangkat ke kutereje.
Dikutereje Reje Ma’un tinggal di
komplek istana sultan aceh. Segala biaya selama Reje Ma’un menimba ilmu
ditanggung ole belanda. Selama sekolah Reje Ma’un fasih berbahasa melayu,
bahasa belanda, belajar hukum, ilmu pemerintahan. Selain itu Reje Ma’un juga
pandai bermain biola dan alat musik gambus.
Setelah setahun di kutereje, Reje
Ma’un praktek selama setahun bersama pemerintahan belanda di takengon. Pada
tanggal 26 muharram 1323 h ( 7 februari 1910) beliau dilantik menjadi reje di
bukit, dalam bahasa belanda bestuerder van boetket. Pada masa itu kantor beliau
di jalan gentala. Kantornya pun masih beratapkan ijuk (kantor bupati pertama,
sekarang untuk kantor MPU-red).
Pada tahun 1913 Reje Ma’un membuat Umah pitu Ruang (Rumah dengan 7 Ruangan)
di mampak kebayakan. Sebelumnya Reje Ma’un tinggal di kampung bale hakim
(sekarang sudah digunakan untuk SMP 2 dibawah buntul kubu-red).
Pada tahun 1914 Reje Ma’un melarang
dan menghapus perbudakan di tanah gayo, pada masa itu semua budak harus ada tuturnya
(panggilan yang lebih sopan-red) bisa adik, anak, cucu, atau apa saja yang
penting ada panggilan yang layak didalam keluarga. Tapi biasanya kebanyakan
panggilan untuk para budak yaitu cucu atau yang lebih rendah dari itu. Harta
warisan juga dibagi kepada bekas budak tersebut. Sebagaimana untuk anak sendiri
begitu juga untuk para budak. Pada masa itu jika ada orang yang dipanggil
dengan sebutan budak atau anak budak,teuku Reje Ma’un akan menghukum orang yang
memanggil budak tersebut atau denda dengan hukuman yang berat. Menurut kabar,
budak sekarang ada yang lebih kaya, lebih pintar, dan ada yang menjadi pejabat
negara saat ini.
Teuku Reje Ma’un selalu menolong Orang
Gayo jika ditangkap oleh belanda. Pusat-pusat perlawanan pada tahun 1915 berada
di daerah luar, jamat, linge, samar kilang. Dari daerah itulah sering ditangkap
gerilyawan muslim.
Teuku Reje Ma’un tidak setuju
gerilyawan dimasukan kedalam tempat penyekapan, oleh karena itu Reje Ma’un
meminta tawanan untuk dibebaskan. Reje Ma’un berkata “ jika mereka (tawanan) melarikan diri saya
yang akan jadi jaminannya. Tembak saya!!!”. Akhirnya belanda setuju dengan
jaminan tersebut. Semua tawanan perang di bebaskan baik yang tua dan yang muda,
laki-laki dan perempuan dikumpulkan dimampak diberikan pakaian mereka dan
diberikan makan.
Jalan takengon- bireun selesai dibangun tahun 1911, Reje Ma’un yang
paham ilmu ekonomi tatkala tahun 1913 memberikan “syarat doa” di tanah blang
rakal untuk tanah peternakan. Semua orang gayo yang mempunyai kerbau sore tidak
dikandangkan pagi tidak dilepaskan bisa dibawa ke blang rakal.
Biasanya Reje Ma’un jika memainkan
biola yang beliau mainkan irama gayo atau pepongoten. Belanda tidak terlalu
senang dengan Reje Ma’un. Reje Ma’un pernah dikejar kapten belanda karena
melaporkan kapten yang korupsi ke kutereje. Akibat laporan tersebut kapten
belanda tersebut ketika pulang kemarkasnya ditakengon dia bunuh diri dengan
menembak kepalanya dengan pistol.
Belanda berusaha mengadu domba Reje
Ma’un dengan saudaranya reje bukit eweh. Pada tanggal 13 oktober 1925 teuku Reje
Ma’un meninggal dunia karena terkenak tusukan ketika pulang sholat Jum’at (
menurut hitungan yang menyusun naskah ini, tanggal 13 oktober 1925 bukan hari
jum’at melainkan hari selasa-red).
Anaknya teuku Reje Ma’un ketika itu
masih kecil bernama teuku reje muhammad Zainuddin, menggantikan Reje Ma’un
sementara kerajaan bukit dipimpin oleh jemelah (reje ilang) paman dari reje muhammad
zainuddin.
Tahun 1937 reje muhammad zainuddin
kembali ke kampung halaman, setelah menyelesaikan sekolahnya di kutereje. Beliau
diangkat menjadi reje bukit hingga awal kemerdekaan Indonesia (1946).
Sumber
: Jalibenjol.multiply.com
KISAH REJE ZAINUDDIN
Posted by Unknown on 03.14 with 7 comments
Reje Bukit Terakhir
Reje/
Raja Bukit merupakan salah satu pemimpin yang berkuasa didataran tinggi tanoh
Gayo. Wilayah Kekuasaan Reje Bukit dari perbatasan makam pahlawan sampai blang
kejeren, namun bila dari bebesen ke toa, itu merupakan Wilayah Kekuasaan Reje
Uyem.Reje Bukit adalah keturunan dari Reje linge- Reje sengeda- Raja mamat-
Reje maun- Reje zainudin. Reje Zainuddin merupakan Reje terakhir di gayo dan
bupati pertama yang dipilih secara monarki yaitu dengan mengatas namakan
keturunan.
Hal yang tidak diinginkan pun
datang, yakni karena adanya G30SPKI, mereka melarikan diri dari takengon ke
jakarta karena dituduh melakukan pembantaian. Mulai dari tahun dimana G30SPKI
dimulai, mereka berdomisili di jakarta hingga Rejen Bukit Ampon Zainuddin
menghembuskan nafas terakhirnya di Jakarta dan dikuburkan pula disana. Setelah
itu, baru selama 2 tahun kuburan reje Zainudin di pindahkan ke Takengon.
Raja Mamat merupakan kakek dari Reje
Zainuddin yang memiliki anak perempuan kebanyakan dan hanya Raja Ma'un sendiri
yang laki-laki ,pada Reje ma'un juga banyak memiliki anak perempuan hanya Reje
zainudin seorang yang laki-laki.
bukti dari keberadaan Reje bukit
adalah dengan adanya cap sekureng yang berikan oleh kesultanan aceh,pada saat
itu terdapat 9 Raja di Aceh,salah satunya Reje Bukit ini yakini Reje
zainuddin.Sebelumnya kekuasaan Reje Bukit di pegang oleh Reje Ma'un belum lama
menjadi Raja ia ditikam setelah selesai
sholat jum'at. Lalu kekuasaan sementara di alihkan oleh Reje ilang.
Reje zainudin memiliki 4 istri yakin yang berasal dari
gayo, padang,Aceh Sigli dan yang terakhir kembali dari gayo lagi. Salah satu
peninggalan keluarga Reje Bukit terdapat di asir -asir atas yakni rumah yang
arsiktekturnya hampir sama dengan bangunan rumah Reje Bukit yang berada
dikebayakan itu merupakan kediaman istri
kedua dari Reje zainuddin.
Bukti dari keberadaan Raja Bukit
masih ada dan disimpan dalam tempat yang dianggap aman, seperti cap sekureng,
senjata yang di kukuhkan pada reje bukit yakni bawar dan adapula bukti berupa
surat-surat yang berbahasa belanda .
Sarjana
pertama dari tanah gayo lulusan UGM (Universitas Gajah Mada) adalah putri dari Reje zainuddin
dari istri pertama beliau yang bernama Cut Kesumah yaitu yang bernama Cut Bun
Suraini, bila ditanah gayo putri beliau lebih dikenal dengan nama Maryan begitu
juga dengan Raja sendiri di panggil
dengan sebutan aman maryan (pangilan untuk reje sebagai ayah ). Cut bun suraini dan merguh tapa
adiknya saat ini
berdomisili
di jakarta . beliau sangat menginspirasi siapa saja termasuk keluarganya
sehingga beliau kerap
di panggil
oleh keluarga sebagai Ibu Pohon Duit
karena sifatnya yang dermawan. Hal ini mencerminkan sikaf ayahnya yakni Reje Bukit
Zainuddin. Walau
kini usia dari Cut bun suraini sudah tidak terbilang muda lagi namun semangatnya dalam menggali ilmu tetap melekat pada diri beliau hingga
sampai saat ini beliau sangat suka membaca .karena menurut beliau membaca
adalah jembatan ilmu.
Gambar.
Anak-anak dari Raja Zainuddin
Cut Bun Suraini dan Merguh Tapa
Foto-foto
Gambar.TENGKU AMPON RM.ZAINUDDIN
Makam
Keluarga kerajaan Bukit
Langganan:
Postingan (Atom)